Wednesday, October 31, 2018

Sekali Merengkuh Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui


Mahmud Jauhari Ali


"Berpuisi, kita bahagia!"

Bagi sebagian orang moto itu mungkin sangat menyejukkan. Bagi sebagian lainnya bisa jadi hanyalah hal yang biasa. Sedang bagi yang lainnya lagi, barangkali menganggapnya sebagai jargon yang berlebihan. Lalu termasuk yang manakah, Anda? Atau malah di luar semuanya?

Jujur, moto di atas bagi saya pribadi terasa sangat menyejukkan. Agaknya memang demikianlah adanya bagi pencinta puisi seperti saya. Dan percayakah Anda, dengan berpuisi, kita sebenarnya berusaha menuju kebahagiaan hidup? Secara mudahnya begini, berpuisi adalah mengekspresikan segala yang ada dalam pikiran dan perasaan pada saat membuatnya. Ini sebuah inti dari kebebasan yang berseni. Yakni, sebuah keindahan yang tidak hanya dinikmati penyairnya, tetapi juga oleh para pembaca atau penikmatnya. Dengan kata lain, bahasa puisi merupakan bahasa kebahagiaan. Beban yang tadinya menumpuk akan berkurang. Bahkan, tak jarang penyair juga berpuisi kepada Tuhannya. Yang terakhir tadi bisa berisi doa dan lainnya sebagai komunikasi batinnya kepada Sang Pencipta. Sang Pemberi Kebahagiaan. Alhasil, jiwa  menjadi tenang dan bahagia.

Pertanyaan selanjutnya ialah, apakah semua orang mampu berpuisi? Sebelum menjawabnya, tentu ada baiknya kita pahami dulu bahwa apa pun sesuatu itu, akan dapat kita lakukan jika kita terbiasa melakukannya. Ini berarti bahwa kemampuan atau lebih tepatnya keterampilan menulis puisi tak lepas dari kebiasaan atau mengalami langsung. Lalu apa yang dialami secara langsung tersebut? Jawabannya adalah menulis puisi itu sendiri.

Ya, semakin seseorang sering menulis puisi, semakin terampillah dirinya menghasilkan puisi-puisi yang berkualitas. Dia akan tahu bahwa puisi tak sekadar permainan kata atau hanya mengekspresikan segalanya dengan seenak hati. Akan tetapi, sebuah puisi butuh kematangan dalam hal diksi, kohesi, dan juga koherensi sehingga dapat diapresiasikan, diinterpretasikan, hingga didapatlah kegembiraan dan manfaat darinya. Pertanyaan selanjutnya yang tak kalah penting yaitu, bagaimanakah caranya menumbuhkan minat menulis puisi? Menjawab pertanyaan itu berarti kita sedang membahas langkah awal seseorang berpuisi.

Pertanyaan tersebut juga akan bercabang, yakni merujuk kepada diri sendiri dan orang lain. Sebuah awal, terkadang menjadi hal tersulit bagi seseorang. Mengawali sesuatu perlu daya dorong dari dalam diri sendiri di samping adanya pengaruh faktor luar. Ada kerja sama yang kuat antarkeduanya. Sebagai contoh, saat bangun pagi ada kalanya kita merasa malas beranjak dari tempat tidur. Maunya rebahan terus dan terlelap dalam tidur kembali. Akan tetapi, ketika kita memiliki daya dorong untuk segera beranjak dari atas kasur, lalu mencuci muka, lalu beraktivitas lainnya seperti menikmati secangkir kopi, maka awal itu pun menjadi mudah. Begitu pula dengan menulis puisi. Kita perlu adanya dorongan dalam diri sendiri dalam menuliskannya. Dorongan inilah yang perlu kita tumbuhkembangkan terus-menerus.

Lantas apakah yang dapat kita lakukan sebagai faktor luar untuk menumbuhkembangkan minat menulis puisi kepada orang lain, terutama sekali kepada anak-anak?

Saya yakin semua sepakat bahwa generasi muda adalah penerus generasi sebelumnya. Itu berlaku sejak dulu. Saya dulunya juga anak-anak. Di sekolah diajarkan tentang puisi. Dan di luar itu, para orang tua, masyarakat, dan juga lembaga pemerintah yang terkait dengan sastra sebenarnya bisa bertindak sebagai motivator dalam penumbuhkembangan minat menulis puisi ini. Berkenaan dengan hal itu, ada beragam cara untuk memotivasi anak-anak menulis puisi. Tapi yang perlu diingat, semuanya itu dilakukan secara perlahan dan menarik. Kemenarikan ini dapat berwujud lomba membaca puisi dan lomba menulis puisi bagi anak-anak. Itulah sebabnya, saya secara pribadi sangat menyambut gembira saat ditunjuk sebagai salah seorang juri lomba mencipta puisi anak SD oleh Balai Bahasa Kalimantan Selatan pada hari Selasa, 23 Oktober 2018 lalu.  Lomba ini termasuk bagian dari Gebyar Literasi Tahun 2018.
Spanduk Gebyar Literasi Tahun 2018
Yang membuat saya tercengang dan senang, menurut informasi dari panitia, ada banyak anak SD di beberapa Kabupaten dan Kota di Kalimantan Selatan antusias mendaftarkan diri menjadi peserta lomba ini. Rencananya, lomba tersebut akan dibagi menjadi dua kategori. Pertama kategori siswa kelas 1—3 SD dan kedua dari kelas 4—6 SD. Adapun tentang tema, saya baru mengetahuinya belakangan, yakni tentang sekolahku, teman baru, dan binatang kesayangan. Sedang para peserta baru mengetahuinya saat akan dimulainya lomba. Hal ini memang sudah menjadi aturan main dalam setiap lomba mencipta puisi agar terhindar dari adanya kecurangan semisal plagiat oleh para peserta.

Mengenai tema, saya setuju dengan panitia. Selain tidak jauh dari kehidupan mereka, tema-tema tersebut juga mengajak anak lebih akrab dengan suasana belajar, guru-guru, dan juga hubungan baik antarsesama, baik sesama manusia, maupun dengan makhluk lain, seperti binatang kesayangan. Bagi saya pribadi ini sesuatu yang sangat seru. Mengapa? Karena selain menumbuhkan minat menulis puisi, anak-anak juga diajak peka terhadap dunia sekitarnya. Saya pribadi menyebutnya dengan ungkapan, "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui." Artinya, satu kali melakukan pekerjaan, mendapatkan beberapa hasil sekaligus.

Nah, adapun susunan acara pelaksanaan yang telah berlangsung tanggal 31 Oktober 2018 adalah sebagai berikut.

Lebih kurang pukul 08.00—08.30 Wita Ketua Panitia Gebyar Literasi Tahun 2018—Musdalipah, M.Pd—membuka dan memberikan pengarahan tentang lomba kepada para peserta. Dalam pengarahan ini dipaparkan mengenai tema yang berupa sekolahku, teman baru, dan juga binatang kesayangan. Selagi pemaparan berlangsung, para anggota panitia membagikan kertas berisi tema tersebut di atas meja masing-masing peserta. Setelah para peserta mengisi nomor (peserta) di lembar penulisan puisi, para bapak dan ibu guru, juga pengantar (peserta) dipersilakan meninggalkan ruangan lomba. Hal ini agar mereka tidak merasa terganggu saat menciptakan puisi.

Para Peserta Lomba Sedang Menciptakan Puisi Mereka

Selanjutnya, naskah-naskah puisi yang sudah selesai dikumpulkan untuk dinilai para juri. Penilaian berlangsung sekitar pukul 09.30—13.00 Wita. Dewan juri terdiri atas Tajuddin Noor Ganie, Mahmud Jauhari Ali, dan Annasabiqatulhusna. 

Puisi-Puisi Peserta Lomba di Meja Dewan Juri
Kemudian barulah surat keputusan dewan juri dibacakan.

Para pemenang Lomba Mencipta Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 1—3 Se-Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut.

  1.         Pemenang ke-1 atas nama Qorira Raihana Rubi Laksono dari SDIT Insantama Banjarbaru dengan jumlah nilai 643;
  2.         Pemenang ke-2 atas nama Azkia Nor Magfirah dari SDN Pemurus Luar 1 Banjarmasin dengan jumlah nilai 642;
  3.      .  Pemenang ke-3 atas nama Kafaina Billahi Wakila dari SDIT Nurul Fikri Banjarbaru dengan jumlah nilai 640;
  4.         Harapan ke-1 atas nama Haifa Novita Sari dari MIN 4 Banjar dengan jumlah nilai  636;
  5.         Harapan ke-2 atas nama Feby Aulia Puteri dari SDN 2 Loktabat Selatan Banjarbaru dengan jumlah nilai 634;
  6.         Harapan ke-3 atas nama Alya Nabila Puteri dari SD Muhammadiyah Hj. Nuriyah Banjarbaru dengan jumlah nilai 633.
Para pemenang Lomba Mencipta Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 1—3 Se-Kalimantan Selatan 
Sementara itu, para pemenang Lomba Mencipta Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 4—6 Se-Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut.
  1.         Pemenang ke-1 atas nama Daffa Aulia Rahman dari SDN 4 Guntung Manggis Banjarbaru dengan jumlah nilai 704;
  2.         Pemenang ke-2 atas nama Amanda Nurazizah dari SDN 3 Cempaka Banjarbaru dengan jumlah nilai 703;
  3.         Pemenang ke-3 atas nama Hafizatul Adzkiya dari MIN 2 Hulu Sungai Tengah dengan jumlah nilai 700;
  4.         Harapan ke-1 atas nama Najwa Azzura Puteri Ar-Rahman dari SDN Loktabat Utara 1 Banjarbaru dengan jumlah nilai 698;
  5.         Harapan ke-2 atas nama M. Rohan Rifqi dari SDN 3 Loktabat Utara Banjarbaru dengan jumlah nilai 697;
  6.         Harapan ke-3 atas nama M. Zidny Ilman Fazada dari MDIM 1—2 Sei Kindaung Banjarmasin dengan jumlah nilai 695.
Para pemenang Lomba Mencipta Puisi bagi Siswa SD/MI Kelas 4—6 Se-Kalimantan Selatan
Demikianlah lomba yang merupakan upaya menumbuhkembangkan minat dan semangat dalam berpuisi bagi anak-anak.  Tentunya kita bersama berharap lomba ini tidak berhenti sampai di situ saja. Akan tetapi, akan tertanam kuat minat dan semangat para peserta lomba untuk terus mencipta puisi, baik hari ini, maupun hari esok.  






0 comments: