Bagian Kesepuluh


Varli Pay Sandi (Pontianak)

Kemilau Kota Intan

Dik!
Ini Ngabang
Kota inilah yang di juluki Kota Intan
Dik !
Kautahu kenapa di sebut Kota Intan.
Di perut buminya terdapat banyak Intan, dik! Begitu juga dengan emasnya.
Kitika kau besar nanti.
Jelajahlah hutan-hutan
Temui indahnya air terjun di berbagai sudut rimba.
Jika kau ke serimbu, kunjungilah Air Terjun Melanggar, namun jangan kaulewatkan Air
Terjun Dait yang tujuh tingkat.
Indah dik! Sungguh indah.
Kuatkan langkah kakimu, terjang semak belukar yang menghalangi kakimu saat berjalan.
Jangan hanya di Ngabang saja, Dik!
Tak akan kautemui indahnya di sini. Lihat Sungai Landak itu! Airnya saja telah
menguning keruh.
Keruh sekali, oleh sisa penambangan, belum lagi meluasnya hutan lindung yang dijarah perusahaan sawit, di perhuluan sana.
Latih otot-ototmu, setelah kau merasa siap. Lekas bergegas tinggalkan kota ini.
Prediksiku nanti, jika kau masih tinggal di kota, maka untuk bernapas pun kau harus membeli oksigen yang dijual secara komersil.
Sekarang istirahatlah dik!
Malam sudah larut, segera habiskan susumu.
Aku akan menjagamu, menyelimutimu.

Varli Pay Sandi lahir di Ngabang, Kabupaten Landak pada tanggal 15 Mei 1988. Mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga Sekolah menengah atas di Ngabang dan menyelesaiakan kuliahnya di STKIP PGRI Pontianak, Kalimantan Barat. Sejak sekolah menengah atas varli sudah senang menulis, terutama sajak. Ia bisa dihubungi via Pos-El: varlisandi@gmail.com dan nomor ponsel: 081345560343/085750945155. Laman pribadi celotehvarli.wordpress.com. Alamat rumah di Jalan Ampera Komplek.Villa Permata Asri No.E1, Pontianak, Kalimantan Barat.
  


Widya Hastuti Ningrum (Kudus)

Palung Sungai

Pagi itu, mendung tiba-tiba memekatkan diri
langit mungkret kehilangan nyali
matahari tak berani  pancarkan  api
ngeri mengepung bumi

angin pun ikut berpesta pora
memporak-porandakan semua yang terjaga
tangan tak lagi sempat menyelamatkan benda
semua jadi gila!

Mbok Sarmi memekik dari arah sungai
suaranya sayup merenta terjangan gelombang menghempas napas
timbul tenggelam bersama rambutnya yang tergerai
dan dari bukit yang pekat
curahkan air menghunjam hulu
menjejal peluh rindunya pada hilir
dan hilir mendera rintih rindunya Mbok Sarmi

semua mata meratap penuh sesal
karena air santer tak memberikan ruang
menyisakan langkah gontai dengan pandang menerawang
beramai menyusuri bantaran sungai
yang airnya tetap membuncahkan landai
menggigil di antara kuyup tubuh berderai

Duhai, hujan yang bercengkerama dengan muara
menyisakan cerita dari deretan panjang nyanyian duka
dari tarian sungai yang menggeliatkan tubuhnya
membumbungkan riak menghempaskan jiwa-jiwa
memuntahkan segala rayuan mantra-mantra
meludahkan kembang dan dupa
terus saja melenggang bersama hilir yang memesona
warnai malam ruh berpesta pora
saat ajal menghempas napas
tepat di pusara air yang menggerus pusar bumi
dan hingga dini hari
warga jumpai mayat Mbok Sarmi
tepat di palung sungai
  
Widya Hastuti Ningrum. Lahir di Jepara tanggal 3 Januari 1973 dan menetap di Desa Besito RT 03 RW 04, Gebog, Kudus. Berprofesi sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia di MAN 2 Kudus dan tercatat sebagai Mahasiswa Pascasarjana Universitas PGRI Semarang.
Puisi yang sudah pernah diterbitkan dalam antologi Bayang-bayang Menara berjudul Di Sudut Takasimaya Ku Temukan Mariyem, Ganti Lagi, Ganti Lagi, dan Ini Bukan Lagi Nyanyian Abang Becak. Hingga saat ini masih aktif sebagai pengurus Keluarga Penulis Kudus (KPK).
  


Yanti S Sastroprayitno (Semarang)

Menuju Muara

Ingin kularung semua lipatan waktu
yang penuh goresan kelabu
yang menorehkan gurat di kanvas hidupku
bersama deras arusmu
agar tak lagi kujumpa
perih dendam dan luka
amarah dan semua prasangka
lesap hanyut tak tertinggal di jiwa

Mengalir tenang seperti arusmu
tak pernah melawan saat terantuk batu
menepi berkelit mencari celah
sabar tenang bertemu bendungan
saat terlampaui
kembali mengalir mengikuti gravitasi

Ingin kubasuh semua noda berpeluh
pada riakmu yang gemericik riuh
agar hanyutlah semua debu
yang mengotori hati dan jiwaku
karam dalam alunmu
terhanyut dan diam

Hingga saat menuju muara
tak ada lagi luka
tak ada lagi amarah dan dendam membara
hanya kepasrahan
dalam naungan cinta

Semarang, 2 Maret 2016

     Yanti S Sastroprayitno terlahir dengan nama Sriyanti di Sragen, 5 Februari 1969. Ia menyelesaikan S1 dan S2 di Jurusan Kimia FMIPA, UGM. Sekarang mengajar di Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro (1994—sekarang).
    Selama menulis, ia pernah memenangkan lomba menulis esai untuk cerita bersambung di majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat tahun 2006, menulis artikel kesehatan dan wanita, cerpen di media berbahasa Jawa Panjebar Semangat dan Jayabaya.
    Puisi-puisnya dimuat dalam antologi puisi bersama, antara lain Sang Peneroka (2014), Cinta Magenta (2015), Untuk Jantung Perempuan (2015), 1000 Newhaiku Indonesia (2015), Kitab Karmina Indonesia (2015), Puisi Menolak Korupsi Jilid 5 (2015), dan Dari Negeri Poci 6 (2015).



Yudhi Ms (Kudus)

Sungai Kenangan

bila air mengarus meruyakkan langit hitam, marah
memarah, melibas segala yang menghalang. menyuguh
guruh dan gemuruh, menebalkan takut bagi palang dan
titian. runtuh dan rubuh nyali tonggak dan nyala keangkuhan
; adakah yang lepas dari sudut pandang
  
pun bila sampah dan comberan menjajah kesucian,
memamerkan wajah berlumur anyir kotoran. mata memejam
dari keruh dan kumuh. telinga tertutup dari degar dan
degup. hidung tersumbat abai antara bacin dan bangkai
; masihkah memasung jiwa sebagai arca

tapi bila bening meliuk berawal jeram, mengapungkan bersih
awan, desah rimbun daunan, rona bebungaan. bagai bidik
mengabadikan nuansa hening antara ranting dan tebing.
diam antara batu dan bantaran. merdu lagu ricik riam.
celoteh burung di dahan-dahan
; sudahkah kaupigurakan senyummu memelan

sungai, lukisan wajahmu dalam segala kenangan
gelegak rindu peluk hibuk tak tertahan
lengan-Nya mengembang

Kudus, 2016

Yudhi Ms. lahir, besar, dan hidup sampai tua di Kudus, Jawa Tengah. Karyanya berupa puisi, cerpen, geguritan, esai, naskah drama, juga novel. Puisi dan cerpennya pernah dimuat di sejumlah media massa pusat dan daerah. Aktif di dua komunitas yang ia ikut mendirikannya, Keluarga Penulis Kudus (KPK) dan Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK).



Yuditeha (Surakarta)

Aku Ingin Selalu Bisa Berkaca di Permukaanmu

sejak dipisahkan dari wana dan pelangi
menjauh ke sisi bukit yang penuh dengan batu terbelah
musim tiba-tiba tersesat kala ingin pergi ke sana
lupa akan rute dan tanda
karena segala warna hijau telah menghilang

kau tak lagi terlihat melingkar-lingkar
dari langit kau tampak tersendat-sendat
terputus-putus seperti garis marka di tengah jalan
dengan isyarat boleh menyalip
di manakah airmu?

mengapa orang-orang diam saja?
tidakkah mereka rindu untuk membasuh muka denganmu?
Di manakah mereka akan berkaca?
tidakkah mereka ingin hidup sehat?

aku ingin menghirup udara segar yang kau alirkan
aku ingin berlari-lari mengelilingimu di bantaranmu
aku ingin kau tetap menyertai buah padi muda hingga menguning
aku ingin selalu bisa berkaca di permukaanmu
terlebih sebelum waktunya bertemu dengan kekasihku tiba 

Yuditeha. Penulis puisi, cerpen, dan novel yang hobi melukis wajah-wajah dan bernyanyi puisi. Pegiat Komunitas Sastra Alit Surakarta. Fb: Yuditeha. Laman: yuditeha.wordpress.com.



Zein Moslem (Banjar)

Hain Dusun Bancing

Tubuhmu sebening embun
Sentuhanmu sejuk menyapa qalbu
Menjalar masuk, melalui pori-pori dengan syahdu

Hain!
Kaulah titisan riak-riak air pegunungan meratus
Mengalir  lembut di sela bebatuan, akar pohon, serta dedaunan
Berkawan dengan binatang yang haus dan ikan-ikan pembelah arus
Menyapa penduduk dusun ketika berbilas dari kotoran dan sabun

Hain!
Kaulah jantung Dusun Bancing
Sumber hidup untuk minum, mandi atau pun memancing
Mengalir terus tanpa lelah
Menyejukkan tenggorokan, menghilangkan dahaga
Juga membasahi tubuh kala panas mendera
Hingga bertemu anak cucu kami tanpa cerita
Karena kau tetap menjadi saksi semesta yang nyata

Minggu 13 Maret 2016
Mengenang mandi di hain dusun bancing desa paramasan bawah pelosok ujung kabupaten banjar kalsel saat KKN STAI Darussalam 2015 lalu.
Hain : parit kecil
  
Zein Moslem merupakan nama pena dari Zainal Muslim. Mulai tumbuh di perkampungan Muara Halayung pada tanggal 28 September 1992.
Ikut berkesenian dan bersastra di Sanggar Ar-Rumi STAI Darussalam Martapura. Karya puisinya masih terbilang minim karena baru aktif di dunia sastra, antara lain dimuat dalam antologi bersama sanggar ar-rumi Ribuan Gemercik, (2014), Kalimantan Menolak untuk Menyerah (2015), dan Ayo Goyang (2016). Sekarang berprofesi sebagai pendidik di MTs Nurul Ma’ad landasan ulin.
Beralamatkan di Desa Muara Halayung, Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pos-El: Kangzeinmoslem@gmail.com, Nomor ponsel: 08976553596.
Facebook: Zein Moslem Rumi.

  


Zham Sastera (Ciputat)

Pagi di Sungai Itu

Pagi datang lagi, bersama tetesan embun
begitu jiwa nan raga harus nyata bangkit terbangun
Burung-burung yang mulai beranjak terbang
perlahan mulai bernyanyi riang berkumandang
Dedaun hijau nan baru
tersenyum tampak membawa semangat baru
Begitu dengan para hamba penghuni desa
menyambut pagi nan luar biasa
Bersama hangatnya sapaan mentari pagi
pertanda di bolehkannya para hamba tersenyum gigi
Menyambut pagi nan cerah
berharap dalam buai hari langkah nan berkah

Kini dalam putaran detik
bunga-bunga di tepian sungai tampak merekah cantik
Tampak tersenyum saat kumbang dan kupu-kupu menyapa
seolah tak ada nestapa
Kini di sungai itu air nampak mengalir
begitu jernih dari hulu ke hilir
Di sambut pagi nan cerah
 kembali para hamba kian berharap semoga hari berlimpah berkah
Di sungai itu sempat tercipta senyum-senyum para hamba
 pada sungai setia pendamba
Tempat dimana cita banyak tercipta
 meski di kaki gunung cita semoga tercipta

Pagi di sungai itu
para hamba mengadah tangan dalam doa nan satu
Berharap sungai kan selalu setia bersahabat
pada para hamba yang menjaga nan hebat
Menjaga sungai sumber kehidupan
 jadikan para hamba sejahtera berkecukupan
Dalam naungan syukur
melepas resah gelisah hitam takabur
Semua berkat cinta-Nya
hanya karena-Nya
Sungai tercipta nan indah
semoga selamanya nyata selalu semerbak indah.

Ciputat, 1 Maret 2016
  
Zham Sastera nama pena dari Jamiludin lahir di Pandeglang, 8 Januari. Ia merupakan pegiat Sastra di Forum Lingkar Pena Cabang Ciputat. Memulai pendidikannya di SD Negeri Citumenggung I, Pandeglang, Banten. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri I Bojong, Pandeglang, Banten, kemudian SMK Negeri 4 Pandeglang, Banten, hingga kini sedang berjuang TA di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Minatnya di dunia tulis-menulis mulai berkembang ketika ia ikut bergelut di Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Ciputat. Sehingga karyanya telah beberapa kali lahir baik berupa fiksi maupun non fiksi. Selain menulis, kini ia juga tengah aktif di pondok kajian Pondok  Pesantren Al Istiqomah, Pondok Cabe, Tangsel, dengan bimbingan guru setianya, yaitu KH. Dr. Thobib Al Ashyar, M.Si.

Jika pembaca ingin berbagi atau ingin mengenal lebih dekat sosok Zham Sastera, bisa kontak ke Pos-El: zhamsastera@yahoo.com atau bisa juga langsung ke laman: zhamaswaja.blogspot.com. Facebook/Twitter-nya adalah: Zham Al Muzzammil/@Zhamsastera73. Nomor Ponsel:  085288683853. Pin BBM: 2ABD71FE.

Silakan klik Daftar Isi untuk membaca bagian-bagian lainnya.


0 comments: