Thursday, February 6, 2020

Jika Seseorang Meninggal Sebelum Tes Dilakukan, Penyebab Kematiannya Tidak Akan Secara Resmi Dinyatakan sebagai Coronavirus


Begitulah sebagian kata-kata yang disampaikan seorang karyawan rumah sakit di Wuhan kepada kantor berita Jerman Deutsche Welle pada Kamis (6/2/2020).

“Katakanlah seorang pasien telah didiagnosis dengan radang paru-paru. Untuk memastikan apakah ia juga terinfeksi coronavirus, penelitian tambahan harus dilakukan. Tetapi itu tidak dilakukan sama sekali, karena banyak pasien lain sedang mengantri. Jika seseorang meninggal sebelum penelitian dan tes dilakukan, maka penyebab kematian mereka tidak akan secara resmi dinyatakan sebagai coronavirus,” ungkapnya.

Inilah salah satu yang membuatnya berpikir jumlah kematian akibat virus Corona Wuhan jauh lebih banyak daripada yang diumumkan pemerintah setempat secara resmi.

Dalam hal ini, logika Pemerintah RRC (Republik Rakyat China) memanglah benar bahwa tidak dapat dinyatakan sebagai akibat virus Corona Wuhan karena belum dilakukan penelitian dan tes. Tapi masalahnya adalah, mengapa hal itu tidak dilakukan sama sekali? Kalaupun alasannya karena ada banyak pasien lain yang mengantri, mengapa pihak pemerintah di sana tidak serta merta mendatangkan tenaga dan alat medis dari provinsi-provinsi lain atau bahkan negara lain?

Selain itu, ada hal-hal lainnya yang membuat ia berpikir demikian. Sebutlah masker bedah dan disinfektan sudah habis. Pihak rumah sakit di sana memang sudah menerima banyak sumbangan keduanya, namun tidak mungkin menerapkan aturan yang mengharuskan dokter mengganti masker setiap empat jam dan pakaian pelindung tiap enam jam sekali. Keadaan itu tentu menyebabkan penyebaran virus kian menjadi-jadi.

Kemudian, pasien sebenarnya menunggu berjam-jam guna mendapatkan pemeriksaan. Setelah diperiksa, dokter bahkan mengirim pasien pulang setelah menulis resep dan menyarankan mereka untuk menjauh dari orang-orang. Artinya, tidak ada penanganan secara lebih serius dan berkelanjutan dalam ruang karantina terhadap kebanyakan pasien.

Selanjutnya, karena antrian panjang, maka ruang tunggu penuh dengan orang yang batuk. Alhasil, risiko penularan akan lebih tinggi bagi orang sehat yang berada di lingkungan tersebut.

Parahnya lagi, jarak perjalanan ke rumah sakit terdekat juga menjadi kendala tersendiri bagi korban yang terinfeksi coronavirus. Terlebih jika mereka tidak punya mobil, apalagi tidak punya uang, akan sangat tragis. Terpaksa, mereka harus berjalan kaki menuju rumah sakit. Akibatnya, banyak dari mereka yang meninggal sebelum mencapai rumah sakit.


0 comments: