Saturday, March 23, 2024

API JIHAD, Sebuah Puisi Ibramsyah Amandit


Lelaki lansia... 
tafakur di musala
kampung jauh!

Tapi, hatinya ke ibukota
dengan doa
berbaris dalam juang
bagi reformasi ke-2
ingin berunjuk rasa
merobohkan rezim istana

Lelaki lansia..
mantan demonstran '66
sepanjang Malioboro
kampus bulak sumur
karang malang
malioboro---alon-alon lor
istana siti hinggil jogja.

Lelaki lansia...
belum mati
dari dalam
mengirim api jihad
ke Jakarta.

Tamban

-------------

Tentang penyair



Bernama asli H. Ibramsyah bin H. Lawier, lahir pada tanggal 9 Agustus 1943 di Desa Tabihi Kanan, Kelurahan Karang Jawa, Kecamatan Padang Batung, Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam dunia puisi ia menggunakan nama pena Ibramsyah Amandit dan di kalangan sastrawan Kalsel dirinya lebih dikenal dengan sebutan si Janggut Naga.

Mulai menulis sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1971 ia aktif dalam diskusi dan pembacaan puisi Persada Club Yogyakarta di bawah bimbingan Umbu Landu Paranggi.

Di samping rajin menulis puisi ia juga rajin mendalami ajaran tasawuf melalui guru-gurunya yaitu: KH Gusti Abdussamad, KH Ramli Tatah Daun, KH Ahmad Arsyad, KH Muhammad Nur Tangkisung, KH Sam’ani, Guru H. Basman Tinggiran, KH Abdul Mu’in yang membaiatnya dalam Thariqat Akhirul Zaman, dan KH Muhammad Zaini Ghani yang membaiatnya dalam Thariqat Syamaniah.

Keakrabannya di dunia tasawuf membuat hampir seluruh puisinya kental dengan pemikiran tasawuf. Hal ini dapat kita lihat dalam setiap puisinya yang pernah dimuat dalam berbagai media.. Di antaranya yang dimuat di Mercu Suar Yogya (1971), Sampe Balikpapan (1978), Banjarmasin Post Banjarmasin, (1980-an).

Puisi-puisinya juga pernah dimuat dalam antologi puisi bersama antara lain Bahalap (1995), Pelabuhan (1996), Rumah Sungai (1997), Jembatan Asap (1998 ), La Ventre de Kandangan (2004), Sajak-sajak Bumi Selidah (2005), Seribu Sungai Paris Berantai (2006), Cinta Rakyat (2007), Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (2008), Doa Pelangi di Tahun Emas (2009), Konser Kecermasan (2010), Menyampir Bumi Leluhur (2010), Seloka Bisu Batu Benawa (2011), Kalimantan Dalam Puisi Indonesia (2011), Sungai Kenangan (2012), Tadarus Rembulan (2013), dan dalam Membuka Cakrawala Menyentuh Fitrah Manusia (2014). Buku kumpulan puisinya Badai Gurun dalam Darah (Penerbit Tahura Media, Banjarmasin, 2009).  




Saturday, March 16, 2024

Keromantisan dalam Makanan


 

Saturday, March 2, 2024

Penggelembungan Angka yang sangat Berbahaya bagi Umat Manusia


 

Friday, February 23, 2024

Ke Dapur aja Dulu!


 

Saturday, February 17, 2024

Sastra Bicara Politik!


 

Thursday, February 15, 2024

Pilihan Sebagian Bapak pada Pemilu 2024


 

Saturday, February 3, 2024

Indonesia Menolak IKN